Oleh: Febri Frandikha
Apabila kita berbicara tentang permasalahan pemuda pasti tidak
lepas dari hal-hal yang bersifat negatif. Hemz… apa bener sich?. Masa muda
adalah masa dimana kita ingin dimengerti, masa dimana kita sedang mencari
identitas diri. Masa muda adalah masa transisi, dimana pada masa ini kita akan
suka menunjukkan jati diri agar orang lain bersependapat dengan kita. Namun
lebih dari itu masa muda adalah penentu baik atau buruknya suatu bangsa.
Apabila kita sedikit memutar sejarah maka kita akan dapati sosok para pemuda
yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk mengharumkan nama generasinya.
Sobat muda, siapa sajakah mereka dan apa-apa saja yang telah mereka torehkan.
Nah, dalam pembahasan kali ini kita akan membahas kretria pemuda muslim sejati
dan apa-apa saja pencapaian mereka yang telah mereka berikan untuk generasinya.
Mari kita lihat…
a. Bertauhid
Mereka
adalah para pemuda ashabul kahfi yng mana kisah mereka termaktub di dalam al
Qur’anul Karim. Mereka adalah para pemuda yang menjual dunia mereka demi
mendapatkan keridhaan Allah . Mereka adalah panutan dan suri tauladan. Para
pemuda pemberani dan beraqidah kuat yang dengannya Allah pun melindungi
mereka. Begitu pula dengan salah satu golongan diantara tujuh golongan yang mendapat
naungan Allah, dimana ketika itu tidak ada naungan kecuali naunganNya. Mereka
adalah para pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah . Dan hal ini juga terdapat dalam sosok muda
Nabi Yusuf as. Ketika Zulaikha istri Raja Mesir menggodanya namun Nabi Yusuf
menolaknya dikarenakan rasa takutnya kepada Allah .
b. Berilmu
Hemz… Siapa
sich yang gak kenal sama al Imam as Syafi’I T !. Ulama yang satu ini hafal al
Qur’an ketika masih berusia 7 tahun dan hafal kitab Muwattho’ ketika berusia 10
tahun. Seorang Ulama madzhab yang mahir linguistik Bahasa Arab dan tata
bahasanya. Beliau mendapat izin untuk memberikan fatwa ketika umurnya masih 15
tahun. Ada pula seorang ulama bermadzhab hanbali bernama Ibnu Taimiyah T . Diriwayatkan bahwa ketika umurnya belum
mencapai belasan tahun ia sudah menguasai Ilmu Ushuluddin, Tafsir, Hadits dan
Bahasa Arab. Mengkaji Musnad al Imam Ahmad, Khutubus Sittah dan Mu’jam Thabarani
al Kabir dan ketika berusia 19 tahun sudah diizinkan memberi fatwa. Bahkan,
disebutkan bahwa beliau memiliki karangan sekitar 500 judul buku.
Begitu pula
dengan al Imam al Bukhari T. Sebelum al Bukhari genap berusia 16 tahun, ia
sudah hafal al Qur’an dan ribuan Hadits bahkan para ulama lain menjadikannya sebagai
tempat bertanya lafal Hadits. Disebutkan bahwa beliau hafal sekitar 100.000
Hadits shohih dan 200.000 Hadits dhoif.
Tidak kalah menariknya dengan sahabat Zaid bin Tsabit . Ketika dirinya
tidak diizinkan untuk mengkuti perang badar karena umurnya yang begitu muda, Ia
pun memutuskan untuk menjadi penerjemah Rasulullah j sedangkan ketika itu
umurnya masih 13 tahun. Beliau adalah seorang penulis wahyu yang hafal al
Qur’an, mampu menguasai bahasa Suryani dalam waktu 17 malam ditambah lagi Ia
adalah seorang Sahabat yang memiliki andil besar dalam kodifikasi al Qur’an.
c. Memiliki Jiwa Kepemimpinan.
Disebutkan
bahwa Usamah bin Zaid memimpin sebuah pasukan melawan Romawi ketika berusia
18 tahun sedangkan di bawah komandonya terdapat pembesar sahabat seperti Abu
Bakar dan Umar . Atab bin Usaid menjabat
sebagai gubernur Makah ketika umur beliau masih 18 tahun. Muhammad al Fatih
ketika berusia 21 tahun berhasil menaklukan Konstantinopel dengan pasukan yang
dipimpinnya. Muhammad al Qasim menaklukkan India sedangkan usianya baru
beranjak 17 tahun. Abdurrahman bin Nashir adalah seorang gubernur Andalusia, pada
masanya Andalusia mencapai puncak keemasan. Bahkan beliau mampu menyelesaikan
berbagai pertikaian dan membuat kebangkitan sains yang tiada duanya padahal
usianya baru beranjak 21 tahun.
Nah, lalu bagaimana
dengan kita? Sudahkah kita ikut berpartisipasi dalam mengharumkan bangsa dan
agama kita? Seberapa besarkah andil kita itu? Apakah keikutsertaan kita
berdampak positif atau sebaliknya? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan
yang sebenarnya hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya dengan pembuktian dan
pengorbanan. Sehingga hadirnya kita di dunia ini bukan sebagai penebar penyakit
namun sebagai penawar, atau kalaupun kita tidak bisa bertindak secara langsung
minimal kita memberikan ide atau solusi. f2d.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar